Buat sebagian, album kompilasi the best, greatest hits adalah rekoleksi dari perjalanan kreatif. Buat sebagian lagi: sebuah cara untuk memperpanjang nafas
Ya, memang ada yang menggunakan trik "the best" untuk memelihara nama, talenta yang udah sekian lama berkiprah namun nggak kunjung mendapat angin kedua, untuk kembali mencapai puncak. (Yang terakhir ini, sebenernya nggak jauh beda sama cara lain mengais-ngais duit!)Tapi, buat Dream Theater, kasusnya jadi berbeda. Album kompilasi ini bisa dilihat sebagai sebuah media buat berkenalan sama dunia Dream Theater. Media untuk mulai mengenali bahwa di samping menggeber musik progresif, mereka tetep punya sisi yang sentimental (itu sebab, album ini dibagi dalam dua CD, Dark Side dan Light Side). Media untuk belajar bahwa karir selama dua puluh tahun lebih yang udah mereka jalani itu juga dipenuhi sama hubungan cinta-benci dengan industri musik mainstream.
Akan halnya judul yang terbilang ganjil – The Greatest HIT, bukan HITS – itu aja udah merupakan sebuah sinyal yang nandain hubungan mereka dengan industri musik tadi. Bayangin aja. Dari 22 lagu yang ada di situ, yang bisa dibilang sebagai hit beneran adalah Pull Me Under (Images and Words, 1992). Soalnya secara resmi emang cuma lagu itu yang pernah dapet airplay di radio maupun MTV serta masuk dalam chart Billboard, bersaing dengan lagu-lagu mainstream lain.
Bagi yang baru pengen belajar tapi nggak mau pusing mengunduh seluruh albumnya, kompilasi ini layak banget dijajal. Begitupun buat yang ngaku die-hard fans. Lumayanlah nggak perlu bikin kompilasi sendiri buat diputer di mana-mana. Buat yang nggak? Hehehe. Sori. Nggak ada yang bisa ditawarin buat lo! (dani)
Produser Kompilasi: Dream Theater
Produksi: Atlantic/Rhino/Warner Music Indonesia, 2008
0 comments:
Post a Comment